tiap hari selalu dimulai dengan keluhan.
hari ini tentang itu, esoknya tentang si itu, lusanya tentang yang itu.
berulang bagai benang kusut yang tak mampu dilihat ujungnya.
dia mengeluh,
aku berusaha memberi sepenggal kalimat bijak.
dia mengeluh lagi,
ku beri lagi senyuman dan usapan pada punggungnya.
dia mengeluh lagi,
aku mencoba bersabar.
dia mengeluh lagi.
aku masih mencoba duduk di sebelahnya.
dia mengeluh lagi,
aku mencoba untuk menutup telinga.
dia mengeluh kisahnya lagi,
hati ini mencoba berpaling dari tempat itu.
dia mengeluh lagi dengan deras,
hati aku ber-istigfar.
dia tetap tak berhenti mengeluhkan takdirnya,
dan saat ini
cukup!!!!!
maaf, aku tak bisa terus dicekoki hujan keluhanmu yang tak pernah usai.
aku bukan malaikat yang bisa selalu damai mendengarkan kutukan-kutukan pada diri sendiri.
maaf, aku terpaksa pergi, Kawan.
bila kata-kataku tak mampu menenangkan dirimu,
tak bisa kulakukan apapun selain pergi.
Kawan, renungilah kebahagiaanmu barang sebentar saja.
aku di sini memang ada untuk menghiburmu,
tapi apalah artinya aku jika hatimu tetap terpenjara dalam atap keluhan?
aku di sini akan menemanimu menjalani hari dengan senyuman.
panggilah aku kembali, saat kau mampu berkata:
“dunia ini terlalu indah untuk selalu dikeluhkan, maafkan aku Tuhan”
aku akan membentangkan tanganku,
selamat datang kembali, Kawanku..
aku merindukanmu,
dekapku untukmu kan hadir dengan penuh rasa ikhlas.
silahkan berkeluh untuk apa yang gagal kau capai, untuk hal yang tidak miliki,
wajarlah manusia berkeluh,
tapi cepatlah istigfar dan bersyukur karena kau masih memiliki satu kata: nafas!
Beranda Facebook
Minggu, Desember 21, 2008
Keluhan Berujung Rindu
Label: CERPEN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar