Kecewa I
Ini kali kukecup bibirmu,
perawan lidahku kelu, lugu sambutmu,
tidak kuragu hijau lembaranmu, kasih,
tapi jika tak seindah kenanganmu dulu,
jangan kecewa,
sebab terlalu kasep aku mengenal cinta.
Jakarta, September 1998
Kecewa II
Rumah ini milikmu, milik kita walau cuma beratap cinta dan asa.
Taman ini begitu indah, meski hanya tertanam bunga cinta.
Ranjang ini pun milik kita walau cuma berlapis cinta.
Jangan kecewa jika hanya cinta yang bisa kuberikan.
Jakarta, September 1998
Kecewa III
Jangan biarkan buih laut memanjakanmu.
Jangan biarkan wangi melati merasuki mimpimu.
Jangan biarkan kilau permata hinggap di anganmu.
Jangan kecewa jika yang kita punya cuma cinta.
Jkt, Sep '98
Pengakuan
Tataplah mataku, kasih, tanpa gemetar . Riak gelombang
terpantul bersama luka menganga. Sudah sekian lama
mendera sukma
Sentuhlah jantungku, kasih, rasakan gejolak denyut
kegundahan; sudah lama mengoyak jiwa
Sia-sia kau katupkan bibirmu sebab telah kubaca
lembar-lembar pengakuanmu, jujur kau tuliskan: "nafsu
tak terkendali...."
Jangan takut, kasih, tatap mataku dengan berani.
Sambut tanganku, mari kita lambaikan untuk waktu
yang telah berlalu, walau luka itu tak mungkin
mengatup. Kubuka pengampunanku, ikhlas kuterima air
matamu karena, ternyata
kau masih perawan di malam pertama.
Jakarta, Sep '98
Kenangan
Jalan panjang terbentang itu bukan lamunan,
sayang. Telah kita rintis sejak dalam buaian.
Percuma kau kenang kekasihmu dulu. Kini kau cuma
milikku. Pendam kecewamu, jangan harap lagi masa
lalu membalik diri.
Hujan kala itu di Kaliurang, jadi kenanganmu.
Jangan lagi kauharap kembali, sebab ia tak mungkin
datang lagi.
Tatap mataku, sayang. Jangan lagi palingkan muka.
Jangan lagi menoleh ke belakang. Di rumah ini hanya
ada kita berdua.
Beranda Facebook
Sabtu, September 27, 2008
kecewa
Label: PUISI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar